Porsi Belajar

Menata Porsi Belajar yang Seimbang: Panduan Realistis

Jakarta, incaschool.sch.id – Ada satu momen yang nggak pernah saya lupa saat duduk di bangku SMP. Waktu itu, guru matematika memberi PR sebanyak 3 lembar penuh soal integral—padahal kami baru belajar penjumlahannya minggu lalu. Di rumah, saya belum sempat buka buku, karena ada les Bahasa Inggris, tugas kelompok IPS, dan ibu sudah teriak minta bantu cuci piring. Waktu itu saya cuma bisa bergumam, “Porsi belajar gue kayaknya udah nggak manusiawi.”

Masalahnya bukan pada kemalasan murid. Bukan juga soal disiplin atau tidak. Yang sering luput kita sadari adalah porsi belajar yang tidak realistis dan tidak seimbang. Banyak murid belajar terlalu sedikit karena bingung harus mulai dari mana, dan banyak juga yang belajar terlalu keras tapi malah burnout. Ujung-ujungnya, otak panas, nilai nggak naik-naik, dan motivasi pun drop.

Inilah saatnya kita bahas: apa itu porsi belajar yang ideal untuk murid? Apakah ada rumusnya? Bagaimana cara mengatur waktu tanpa merasa dikejar-kejar jam?

Apa Itu Porsi Belajar dan Kenapa Penting Banget?

Porsi Belajar

Porsi belajar adalah jumlah waktu, energi, dan perhatian yang kita alokasikan untuk aktivitas belajar dalam sehari atau seminggu. Ini bukan cuma soal durasi (berapa jam sehari), tapi juga soal kualitas (seefektif apa waktu yang dipakai).

Seorang murid SD jelas butuh porsi belajar yang berbeda dengan anak SMA. Tapi di luar jenjang pendidikan, setiap anak juga unik:

  • Ada yang bisa fokus maksimal 30 menit, lalu butuh istirahat.

  • Ada yang lebih suka belajar malam hari.

  • Ada juga yang belajar lewat diskusi ketimbang baca buku sendirian.

Namun, tetap ada benang merah yang bisa dijadikan panduan:

1. Belajar itu seperti makan

Kalau kebanyakan, kita bisa “muntah”—dalam konteks ini, overthinking, lelah, dan stres. Tapi kalau kurang, ya hasilnya juga bisa malnutrisi akademik.

2. Fokus lebih penting dari durasi

Daripada belajar 4 jam sambil buka HP dan nge-scroll TikTok, lebih baik 45 menit full fokus. Murid perlu tahu: efektivitas itu bukan tentang seberapa lama, tapi seberapa masuk.

3. Keseimbangan aktivitas

Porsi belajar yang ideal tetap memberi ruang untuk main, istirahat, olahraga, dan sosialisasi. Tanpa itu semua, belajar malah jadi racun.

Cara Menentukan Porsi Belajar Ideal—Panduan ala Gen Z

Berikut adalah panduan praktis yang bisa diikuti murid dari berbagai jenjang, termasuk yang sering bingung harus mulai dari mana.

1. Gunakan Rumus 50:10 (Pomodoro Revisi)

Bagi waktu belajar dalam blok:

  • 50 menit fokus belajar

  • 10 menit istirahat total

Setelah 3 blok, ambil istirahat panjang (30–45 menit). Metode ini lebih fleksibel daripada Pomodoro klasik (25:5) dan cocok untuk murid menengah ke atas yang udah terbiasa duduk lebih lama.

2. Tentukan Target Harian

Contoh: hari ini hanya ingin menuntaskan 10 soal matematika dan memahami konsep fotosintesis. Jangan langsung pasang target 7 jam belajar non-stop. Itu nggak realistis dan malah bikin frustasi kalau nggak tercapai.

3. Kombinasikan Aktivitas

Belajar tidak selalu berarti duduk diam di meja. Bisa lewat:

  • Menonton video edukatif

  • Diskusi bareng teman

  • Flashcard saat naik kendaraan

  • Mengajar adik atau teman

Makin variatif, makin hidup proses belajarnya.

4. Tentukan “Golden Hour”

Amati kapan kamu paling fokus—pagi, siang, atau malam? Banyak murid baru sadar kalau pagi hari ternyata lebih optimal, atau sebaliknya, justru malam menjelang tidur.

Anekdot: Dita, siswi SMA jurusan IPA, awalnya belajar maraton dari jam 5 sore sampai tengah malam. Tapi nilai tetap segitu-segitu aja. Setelah diarahkan untuk belajar pagi jam 6–8 sebelum sekolah, nilainya naik. “Pikiran gue lebih segar ternyata kalau habis tidur,” katanya.

Kesalahan Umum Murid Saat Mengatur Porsi Belajar

Kadang kita nggak sadar bahwa cara belajar kita justru yang bikin hasil belajar nggak maksimal. Ini beberapa kesalahan umum yang sering terjadi:

1. Belajar Hanya Menjelang Ujian

Istilahnya: SKS alias Sistem Kebut Semalam. Efektif buat jangka pendek, tapi bikin otak overload dan cepat lupa. Porsi belajar ideal justru sedikit demi sedikit tapi konsisten.

2. Multitasking

Belajar sambil dengerin musik lirik, sambil buka chat, sambil makan, sambil scrolling TikTok. Otak manusia sebenarnya nggak dirancang untuk fokus ke banyak hal sekaligus.

3. Tidak Mengukur Kemajuan

Banyak murid belajar tanpa tahu apakah mereka benar-benar paham. Coba tanya ke diri sendiri: “Bisa jelasin ulang nggak?” Kalau nggak, artinya belum masuk.

4. Mengikuti Jadwal Orang Lain

Hanya karena teman bisa belajar 5 jam sehari bukan berarti kita harus ikut. Setiap orang punya kapasitas berbeda. Kustomisasi jadwal belajar itu penting.

5. Terlalu Banyak Istirahat Palsu

Kadang kita bilang “break dulu, ya,” tapi malah nonton satu episode drama Korea. Hati-hati, istirahat bisa jadi perangkap kalau nggak dikontrol.

Membangun Rutinitas Belajar Jangka Panjang – Dari Anak Sekolah ke Mahasiswa

Belajar bukan sekadar kegiatan menjelang ujian. Ia harus jadi rutinitas yang bertumbuh. Saat murid naik ke jenjang lebih tinggi, porsi belajar pun ikut berkembang.

Anak SD:

  • Belajar cukup 1–2 jam per hari.

  • Fokus pada kegiatan menyenangkan dan interaktif.

  • Jangan paksa duduk terlalu lama. Gerakan fisik dan bermain tetap jadi bagian dari pembelajaran.

Murid SMP:

  • Bisa naik jadi 2–3 jam per hari.

  • Mulai belajar membuat to-do list.

  • Perlu diarahkan cara mencatat dan memahami, bukan cuma menghafal.

Murid SMA:

  • Targetkan 3–4 jam belajar efektif.

  • Lebih mandiri dalam mengatur waktu.

  • Pahami teknik belajar seperti active recall, mind mapping, dan membuat ringkasan.

Mahasiswa:

  • Belajar berbasis proyek atau esai.

  • Manajemen waktu jadi krusial.

  • Porsi belajar lebih fleksibel, tapi juga menuntut kedisiplinan.

Anekdot: Arya, mahasiswa teknik semester 5, dulu sering merasa bersalah kalau tidak belajar 6 jam sehari. Tapi setelah menyusun ulang jadwalnya hanya 3 jam sehari tapi full fokus, ia bisa naik IPK dari 2,9 ke 3,4 dalam satu semester.

Penutup: Belajar Itu Maraton, Bukan Sprint

Di era digital yang serba cepat ini, banyak murid merasa belajar harus instan. Padahal, kemampuan berpikir, memahami, dan mengolah informasi adalah proses panjang—dan porsi belajar yang pas adalah kunci utamanya.

Ingat, tidak ada porsi belajar yang sempurna untuk semua orang. Yang ada adalah porsi yang pas buatmu. Yang bisa kamu jalani secara konsisten, tanpa merasa kehabisan napas. Belajar cerdas, bukan belajar keras. Konsisten kecil-kecilan jauh lebih kuat dari pada satu malam penuh begadang.

Jadi mulai sekarang, yuk review kembali jadwal belajarmu. Apakah terlalu padat? Terlalu longgar? Apakah kamu sudah belajar dengan nilai, bukan hanya angka?

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan

Baca Juga Artikel Dari: LMS untuk Sekolah: Bikin Belajar Online Makin Seru

Author