JAKARTA, incaschool.sch.id – Konsep Budi Pekerti di Sekolah sebenarnya bukan hal baru dalam pendidikan di Indonesia. Sejak masa kolonial hingga awal kemerdekaan, pendidikan moral sudah menjadi bagian penting dari kurikulum. Pada era Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak hanya diarahkan untuk mencerdaskan otak, tetapi juga membentuk watak dan jiwa. Filosofi “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” mencerminkan betapa pentingnya teladan dalam pendidikan karakter.
Pada tahun 1970-an hingga 1990-an, istilah “pendidikan budi pekerti” bahkan sempat berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, pendidikan karakter lebih banyak diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan budaya sekolah. Kini, konsep budi pekerti kembali digalakkan sebagai jawaban atas tantangan globalisasi dan degradasi moral di kalangan generasi muda.
Contoh Praktik Nyata Budi Pekerti di Sekolah
Di berbagai sekolah, praktik Budi Pekerti di Sekolah ditanamkan melalui kegiatan sederhana namun konsisten.
-
Salam dan Senyum: Siswa dibiasakan memberi salam kepada guru dan teman setiap pagi. Kebiasaan ini terlihat sepele, tetapi melatih rasa hormat dan sikap ramah.
-
Piket Bersama: Membersihkan kelas secara bergiliran mengajarkan tanggung jawab kolektif dan gotong royong.
-
Kegiatan Sosial: Mengunjungi panti asuhan, bakti sosial, atau penggalangan dana untuk korban bencana melatih empati sejak dini.
-
Budaya Antri: Melatih siswa untuk tertib, sabar, dan menghargai hak orang lain.
Seorang kepala sekolah pernah menceritakan bahwa siswa yang aktif dalam kegiatan sosial lebih mudah mengembangkan kepemimpinan. Mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap sesama.
Peran Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Budi Pekerti
Budi pekerti di sekolah tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan lingkungan keluarga. Guru memang berperan sebagai teladan di sekolah, tetapi orang tua tetap menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak.
-
Guru berperan sebagai role model. Jika guru mengajarkan kejujuran, maka ia sendiri harus jujur dalam perkataan maupun tindakan.
-
Orang tua memperkuat nilai yang sama di rumah. Anak akan lebih mudah memahami budi pekerti jika konsistensi terjaga antara sekolah dan keluarga.
Kerap kali, kegagalan pendidikan budi pekerti muncul karena adanya kesenjangan. Misalnya, sekolah menekankan pentingnya disiplin, tetapi orang tua terlalu permisif terhadap keterlambatan anak. Oleh sebab itu, sinergi guru dan orang tua sangatlah penting.
Strategi Modern dalam Menanamkan Budi PekertidiSekolah
Di era digital, Budi Pekerti di Sekolah juga harus menyesuaikan diri. Sekolah mulai menggunakan pendekatan kreatif dan teknologi untuk menanamkan nilai.
-
Film Edukatif: Menayangkan film pendek bertema moral sebagai bahan diskusi di kelas.
-
Proyek Kolaboratif: Memberikan tugas kelompok yang mendorong siswa untuk saling bekerja sama, bukan sekadar mengejar nilai individu.
-
Pembelajaran Berbasis Digital: Aplikasi pembelajaran karakter mulai dikembangkan, di mana siswa diajak bermain game edukatif yang mengajarkan empati, kejujuran, atau tanggung jawab.
-
Mentoring Sebaya: Siswa senior menjadi mentor bagi siswa junior, sehingga tercipta budaya saling membimbing dan menghargai.
Pendekatan ini lebih relevan bagi generasi Z dan Alpha yang tumbuh bersama teknologi. Dengan begitu, nilai budi pekerti tetap bisa ditanamkan tanpa terasa membosankan.
Dampak Positif Budi Pekerti di Sekolah
Sekolah yang berhasil menanamkan budi pekerti biasanya memiliki suasana belajar yang lebih harmonis. Konflik antar siswa dapat diminimalkan, kasus perundungan menurun, dan hubungan guru-siswa terasa lebih dekat. Selain itu, siswa yang terbiasa dengan budi pekerti di sekolah cenderung memiliki kepercayaan diri tinggi karena terbiasa berinteraksi dengan cara yang sopan dan etis.
Dalam jangka panjang, budi pekerti juga terbukti menjadi fondasi kesuksesan di dunia kerja. Banyak perusahaan kini lebih menghargai integritas, kerja sama tim, dan etos kerja dibanding sekadar nilai akademis. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan karakter sejak dini adalah investasi sosial yang sangat penting.
Refleksi Akhir: Menjaga Api BudiPekertidiSekolah Tetap Menyala
Budi pekerti di sekolah bukan hanya tentang sopan santun, tetapi juga tentang membentuk manusia yang utuh: cerdas, berempati, dan berintegritas. Di tengah derasnya arus globalisasi, nilai ini menjadi jangkar yang menjaga identitas bangsa.
Tugas sekolah, guru, dan orang tua adalah memastikan nilai budi pekerti tidak sekadar menjadi slogan, melainkan nyata dirasakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Generasi yang dibesarkan dengan budi pekerti yang kuat akan lebih siap menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjadi agen perubahan positif bagi masyarakat.
Dengan kata lain, budi pekerti di sekolah adalah warisan terbaik yang bisa kita berikan kepada generasi mendatang. Ia adalah pondasi tak tergantikan bagi keberlangsungan bangsa yang beradab, bermartabat, dan berdaya saing tinggi.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Pengetahuan
Baca juga artikel lainnya: Demokrasi di Sekolah: Membangun Karakter dan Partisipasi